Akar Mina Handycraft, Andalan Ekonomi Kreatif SULUT

SULUTHEBAT.COM, Bitung -Usaha kreatif di Sulawesi Utara nampak sedang berkembang pesat. Kini sudah ada lagi Akar Mina Handycraft. Mereka memilih kawasan Pasar Pinasungkulan-Sagerat, Kelurahan Sagerat, Kota Bitung sebagai lokasi usaha.
Salah satu seniman di Akar Mina Handycraft Henro Mark Rompas mengatakan bahwa usaha mereka dimulai dan bertahan karena niat, kemampuan dan kreatifitas di bidang seni. Dengan modalĀ itu mereka berani tampil di antara seniman souvenir lain yang ada di Sulawesi Utara (Sulut). Bahkan, mereka memasarkan karya dan produk mereka secara online untuk memenuhi kebutuhan peminat dari luar negeri sekalipun.
“Dengan modal kemauan, kemampuan dan kreatifitas di bidang seni kami siap menghadapi persaingan bisnis. Nantinya dari setiap keuntungan yang didapat akan dibeli alat dan bahan yang diperlukan untuk kelanjutan usaha kami,” kata pria muda yang murah senyum ini.
Soal bahan bisnis kreatif itu, mereka hanya menggunakan apa-apa yang telah tersedia secara lokal dan mudah didapatkan di area di Sulut. Benda-benda yang kurang dimanfaatkan namun bernilai tinggi dan berlimpah di tanah Nyiur Melambai.
“Jenis usaha yang bergerak di bidang kerajinan tangan ini menjadikan limbah kayu kelapa, batok/tempurung kelapa, sabut kelapa, akar kayu yang hanyut dari sungai dan pesisir pantai, serta bahan kimia seperti resin dan katalis,” kata Rompas saat diwawancarai, Selasa (19/9/2017).

Lebih lanjut Rompas bertutur, meski usaha mereka baru seumur jagung, namun rata-rata pendapatan mereka sudah berkisar antara 5 juta-10 juta rupiah. Tergantung permintaan pasar handycraft souvenir.
Ketika ditanya soal harapannya kedepan terkait usaha kreatif, pria berbadan tinggi ini menginginkan pemerintah setempat memberikan perhatian serius kepada seniman kreatif lokal.
“Besar harapan kami, pemerintah setempat lebih memperhatikan lagi para pelaku seni kreatif, dengan cara memberi kami peluang untuk kami, menjual hasil karya kami lebih luas lagi. Minimal, sebagai pemerintah setempat menjadi pembeli pertama,” ujarnya.
Kepada sesama seniman yang bergelut dalam usaha yang sama, Rompas berpesan agar sesama seniman berani memulai, berproses, berusaha sedapat mungkin, jujur dan saling mendukung agar bisa bertahan
“‘Bukan siapa yang pertama atau duluan’, melainkan siapa yang bertahan tanpa menjatuhkan orang lain. Saya kira ungkapan ini sangat cocok bagi kami para pelaku seni. Oleh sebab itu pesan saya agar teman-teman yang mau memulainya, memberanikan diri menjadi pelaku seni yang siap bertahan hingga batas kemampuan, maka akan datang dengan sendirinya keuntungan yang diharapkan. Dengan dasar yang kuat, yaitu lebih menghargai proses daripada pencapaian akhir,” tutup Henro. (Iswan)