Cicipi Kemolekan Air Terjun Winosirang

Oleh: Iswan Sual
Sudah bosan dengan wisata ke pantai dan ingin cicipi udara pegunungan dengan panorama yang asyik? Ayo kita sightseeing ke Winosirang! Winosirang itu aer jatu atau air terjun tertinggi dan terbesar di Minahasa Selatan. Ngoni tau tu air terjun tertinggi itu di bagian mana? Manjo iko pa kita.
Air terjun Winosirang terletak di antara dua gunung, Lolombulan dan Sinonsayang. Dua gunung ini erat hubungannya dengan cerita asal muasal suku Malesung atau Minahasa. Adanya di wilayah kecamatan Motoling Barat, yakni desa Tondei dan Toyopon, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Bagian atasnya masuk dalam wilayah desa Toyoyon. Sedangkan bagian bawahnya masuk dalam wilayah desa Tondei. Sekitar 1 Km dari Winosirang terdapat Dusun Pelita. Konon, wilayah ini adalah tempat pemukiman awal orang Malesung. Maka tidak heran juga bila di area ini banyak terdapat benda-benda purbakala berbentuk lesung.
Dusun pelita ini adalah salah satu jaga atau satuan pemerintahan terkecil dari desa Tondei. Dari ibu kota Minahasa Selatan, Amurang, bisa ditempuh kurang lebih 2 jam dengan kendaraan beroda dua dan empat. Ongkosnya tak lebih dari Rp. 50.000 bila menggunakan angkutan umum. Lumayan jauh. Mar, terbayar dengan view nan indah di sepanjang perjalanan dan bila sudah ada di lokasi air terjun. Saya senang sekali mendapat kesempatan berkunjung ke tempat yang dikatakan orang angker dan mistis itu.
Aku dan teman-teman termasuk orang yang berani mengambil resiko pergi dan melihat langsung tempat itu. Padahal, akhir-akhir ini orang-orang sudah jarang kesana karena rumor yang beredar. Mungkin sengaja dibesar-besarkan demi menjaga agar lokasi itu tetap perawan. Jauh dari tangan-tangan jahil.

Hari itu, tahun lalu, kira-kira jam 11 pagi perjalanan kami dimulai. Jalanan tidak sulit. Dari desa Tondei, kami melewati perkebunan Ta’be dan Neang. Setengah perjalanan dihabiskan dengan menyusuri jalan berkerikil. Sepeda motor bisa digunakan di bagian ini. Setengah lainnya melewati pinggiran sungai dan sawah. Beberapa kali kami harus memotong sungai.
Dalam perjalanan kita akan mendengar berbagai jenis burung dan menyaksikan deretan perkebunan cengkeh dan kelapa serta bermacam tanaman khas hutan Lolombulan dan Sinonsayang. Batu-batu berukuran besar tak jarang kami sambangi. Genangan-genangan air serupa kolam-kolam kecil berselewiran dimana-dimana.
Sendang-sendang alam dan ungai-sungai kecil yang berada dekat air terjun sangat layak dijadikan wahana rekreasi. Sebagai contoh, aktifitas arung jeram dan renang. Area camping juga tersedia. Pokoknya tidak bakalan kecewa bila ada di lokasi ini. Hanya saja, disarankan kalian membawa makanan sendiri dan jangan kesana saat hari sedang hujan. So, prepare yourself and choose the convenient time to be there.