Juni 1, 2023

Drawing Piala Dunia U-20 Batal, Erick Thohir Lobi FIFA

Jakarta, suluthebat.com-Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, bergerak cepat usai FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang rencananya digelar di Gedung Ksirarnawa, Bali,  pada Jumat 31 Maret, akhir pekan ini

Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, dalam jumpa pers, Minggu (26/3/2023) mengatakan PSSI  akan menggunakan berbagai skema untuk melobi FIFA. 

“Pak Erick Thohir selaku Ketua PSSI dan juga LOC sedang koordinasi dengan Kemenlu sebagai penanggung jawab diplomasi dan Kemenpora yang berpayung menjadi INAFOC  (Indonesia FIFA U-20 World Cup Organizing Committee) sebagai penyelenggara event,” ujar Arya.

“Beliau akan melaporkan ke Presiden, proses-prosesnya dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola indonesia yang kita cintai,” tambahnya.

Meskipun belum mendapat surat resmi, Arya mengatakan pesannya jelas bahwa FIA membatalkan agenda drawing Piala Dunia U-20.

“Kami berharap dan memohon pencinta sepak bola Indonesia yang ingin sepak bola maju tetap tenang. Kami mencoba mencari solusi dan berbicara dengan FIFA dalam waktu dekat. Karena kekhawatiran kita dikucilkan dalam ekosistem sepak bola dunia,” katanya.

Ia menambahkan PSSI tidak berani berandai-andai soal bagaimana status Indonesia sebagai tuan rumah, usai batalnya drawing.

“Kita belum berani berbicara persentase karena dengan dibatalkannya drawing ini kemunduran atau sebagainya. Penetapan grup sudah berubah. Kita tidak tahu bagaimana kondisi terkini. Pastinya, Pak Erick akan lakukan diplomasi pendekatan ke FIFA,” terangnya.

Staf Khusus Menteri BUMN itu memastikan memastikan pemerintah mendukung berbagai upaya yang ditempuh PSSI.

“Kami dari PSSI sebagai penyelengagra tetap jalan. Yang terjadi saat ini pemerintah daerah yang tidak bisa menerima dan menjamin penyelenggaraan itu. FIFA mungkin melihat hal tersebut. Menyangkut kejelasan drawing, kami akan segera bertanya ke FIFA. Yang pasti ke FIFA, belum menyampaikan waktu dan tempat yang baru. Kita belum bisa jawab,” ucapnya.

Arya juga menegaskan bahwa PSSI atau LOC tidak mungkin menerima usulan yang meminta ke FIFA, agar Timnas U-20 Israel bertanding di Singapura demi menjaga situasi politik dalam negeri kondusif.

“Masalahnya pengajuan sebagai tuan rumah sejak awal hanya satu negara. Jadi, pasti ditolak jika Indonesia mengajukan Singapura sebagai tempat bertanding bagi Israel. Prosesnya juga bakal panjang. Kalau itu mau dilakukan semestinya sejak awal, dilakukan melibatkan 2 negara, bukan di tengah-tengah atau di ujung,” katanya.

Saat ditanya terkait potensi hukuman sanksi dari FIFA, Arya pun tidak mau berandai-andai.

“Kita yang mengajukan. Kita melanggar sendiri kesepakatan yang diteken saat mengajukan. Pada 2019 kita bersepakat dengan FIFA, kemudian tiba-tiba di pengujung kita minta macam-macam. Ini jadi sebuah pelanggaran. Bentuknya apa belum bisa diketahui. Indonesia pernah mengalaminya pada 2015 lalu. Dampaknya sangat besar, Timnas Indonesia tidak bisa berlaga di pentas internasional. Kompetisi kita yang semestinya terafiliasi ke dunia internasional mandek. Salah satu yang membuat Indonesia turun ranking karena sanksi FIFA. Kita tentu tidak ingin hal itu terulang lagi. Semua opsi akan dilakukan Pak Erick untuk melobi menghindari sanksi,” jelasnya.

Indonesia Bisa Dikucilkan FIFA

Sementara itu, Pengamat Sepak bola nasional, M.Kusnaeni berharap pemerintah dan juga PSSI maupun LOC segera berkonsolidasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA.

“Kita berharap semoga FIFA tidak melakukan pembatalan penujukkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pembatalan drawing merupakan peringatan awal. Apa yang perlu lakukan ? Segera konsolidasi dan bereskan PR yang ada. Karena saya melihat tidak hanya masalah Israel saja yang jadi perhatian FIFA, tapi juga berkaitan dengan infrastruktur. Mereka saya yakin berharap Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah,” ujarnya.

Jika terkena sanksi, lanjutnya, sepak bola Tanah Air bakal terdampak.

Para pemain terbaik negeri akan kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional.

Pada periode 2015-2016 Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA, dikucilkan dari pentas internasional.

Gara-gara dilarang berkiprah di ajang resmi, ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh.

Di level domestik pun kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor.

Perusahaan besar tentu berpikir dua kali untuk berinvestasi ke klub maupun PSSI.

Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat karena masalah dana.

“Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita. Jangan bermain-main dengan kesepakatan yang sudah dibuat dengan FIFA. Kita jadi host prosesnya mengajukan diri, bukan ujuk-ujuk FIFA yang minta. Taati kesepakatan yang ada. Segera cari air untuk memadamkan kebakaran yang timbul,” tandasnya.

Pemerintah Harus Tegas  

Sebelumnya, Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, mengatakan pembatalan drawing itu sebagai tanda bahaya buat Indonesia.

Jika pemerintah tidak bisa membereskan polemik keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20, lanjutnya, FIFA bisa mengambil keputusan tegas mencabut mandat negara Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

“Pembatalan penyelenggaraan drawing bukan masalah sederhana. FIFA melihat ada permasalahan besar di Indonesia sehingga mereka membatalkan kegiatan penting menyangkut Piala Dunia U-20. Pemerintah harus serius menyikapinya,” ujar Akmal, Sabtu (25/3/2023).

Pemerintah Indonesia, kata Akmal, harus segera bersikap tegas mendudukkan persoalan Piala Dunia U-20 menjadi persoalan olahraga, tidak melebar ke masalah politik seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir.

“Pemerintah harus tegas, menunjukkan dukungannya secara nyata agar pelaksanaan Piala Dunia U-20 jelas. Koordinasi harus dilakukan antarkementerian untuk memperjelas status Israel sebagai salah satu peserta. Sebagai tuan rumah, kita tidak mungkin menolak kehadiran mereka. Israel jadi peserta Piala Dunia U-20. Titik, tidak bisa diperdebatkan,” tegasnya.

Israel, lanjut Akmal, jadi peserta Piala Dunia U-20 setelah menjalani fase kualifikasi seperti peserta-peserta lainnya sehingga berhak tampil di Indonesia.

“Piala Dunia U-20 jangan dicampurkan dengan politik. Kehadiran Israel tidak akan memengaruhi posisi politik Indonesia terhadap negara tersebut. Yang yang datang ke Indonesia atlet, bukan pemerintahan negara,” ucapnya.

“Dan tidak lantas karena kita menerima kehadiran mereka, posisi politik Indonesia dianggap berubah. Pemerintah harus berani bersikap karena sekarang pertaruhannya nama baik Indonesia,” jelasnya.

Ia mengingatkan jika sampai gagal menghelat perhelatan Piala Dunia U-20 ini, Indonesia jangan pernah berharap bisa menyelenggarakan event-event olahraga lainnya.

“Olimpiade, Piala Dunia, jangan mimpi suatu saat digelar di negara kita. Lupakan. Wong di level Piala Dunia U-20 kita tidak bisa menjamin keikutsertaan satu tim,” terangnya.

Ditambahkan, Indonesia Indonesia berpotensi mendapatkan sanksi berat dari FIFA.

“Kita dianggap telah mengacaukan program otoritas sepak bola tertinggi dunia. Mestinya Piala Dunia U-20 jadi momen bagi bangsa kita untuk membalikkan stigma buruk sepak bola Indonesia ke dunia internasional,” ujarnya.

Menurutnya, sepak bola Indonesia sudah terkenal dengan sejumlah kasus di antaranya kasus pengaturan skor, keributan antarsuporter dan pemain, dan pelaksanaan kompetisi yang berantakan.

“Sudah tidak berprestasi, tapi dapat tiket berlaga di Piala Dunia U-20, tapi Indonesia terkesan banyak mau. Kan lucu, kita minta ke FIFA untuk menggelar pertandingan yang melibatkan Israel ke Singapura. Lha, kitanya ini siapa ? Sudah tidak berprestasi, sok ngatur-ngatur. Kita fokus saja jadi tuan rumah yang baik, tunjukkan kalau Indonesia bisa,” ujar Akmal.

Mantan jurnalis ini menghimbau pemerintah untuk melibatkan pengamat sepak bola Tanah Air untuk melakukan audiensi dengan berbagai organisasi Islam guna menjelaskan secara mendetail tentang bagaimana aturan main di dunia sepak bola.

“Banyak yang belum paham duduk persoalan Israel bisa hadir sebagai peserta. Hal itu perlu dijelaskan dengan audiensi ke ormas-ormas Islam yang tergabung ke MUI. Saya yakin para pengamat dengan senang hati mau terlibat karena ini kepentingan buat menyelamatkan nama baik Indonesia,” jelasnya.

“Sedih rasanya melihat kondisi terkini. Kita sudah senang ditunjuk jadi tuan rumah World Cup U-20, kemudian timbul pandemi. Sekarang pandemi berlalu muncul lagi masalah baru. Muka Indonesia mau ditaruh di mana jika sampai status tuan rumah dicabut,” ujarnya.

Pengamat sepak bola senior Kesit Budi Handoyo menambahkan pembatalan drawing Piala Dunia U-20 adalah sebuah waring keras dari FIFA.

“Pembatalan drawing oleh FIFA adalah warning keras. Jangan menganggap remeh masalah ini. FIFA dikenal sebagai organisasi yang tertib berorganisasi, ketika mengeluarkan keputusan pasti sudah dihitung secara cermat baik dan buruknya,” ujar Kesit.

“Tak ada perbedaan berkaitan dengan hal ini. Kita sepakat bersatu menyelamatkan Indonesia dari ancaman sanksi karena gagal menggelar Piala Dunia U-20. Event ini harus berjalan di negara kita. Stakeholder sepak bola harus bersatu mengesampingkan perbedaan demi nama baik Indonesia,” tambahnya.

Kesit bersama sejumlah pengamat sepak bola berencana melakukan audiensi ke DPR RI, pihak terkait, atau bahkan Presiden Joko Widodo.

Pembatalan drawing Piala Dunia U-20 di Bali diduga kuat akibat sikap tegas Gubernur Bali, I Wayan Koster, menolak kehadiran Timnas U-20 Israel, termasuk menolak Timnas U-20 Israel bertanding di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar Bali.

“Gubernur Bali telah meneken government guarantee, bersepakat dan setuju saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dan sekarang mereka menolak. Wajar kalo FIFA akhirnya memutuskan membatalkan drawing di sana,” ujar Arya Sinulingga.

Selain Gubernur Bali, penolakan Timnas U-20 Israel juga disuarakan dengan keras oleh DPP PDI Perjuangan, PKS, MUI, dan sejumlah ormas Islam.

Piala Dunia U-20 diagendakan digelar di enam stadion di Indonesia.

Pila Dunia U-20 ini berlangsung dari tanggal 20 Mei hingga 11 Juni 2023. (*)