Mei 28, 2023
H.M. Taulu di ruang kerjanya.

Oleh: Iswan Sual

Minahasa pernah menjadi daerah yang banyak mengirimkan orang-orang hebat ke daerah-daerah lain di Nusantara bahkan ke luar negeri. Mereka menjadi guru, penulong (utusan Zending) bahkan pemimpin gerakan kemerdekaan Indonesia. Banyak juga dari mereka yang berkiprah di tingkat nasional sebagai penulis. Sebut saja, F.D.J Pangemanan, M.R. Dajoh dan Cornelis Joost Katoppo.

Tapi, adakah generasi sekarang kenal dengan Herseven Manus Taulu?  Taulu, yang akrab dipanggil Sevin adalah penulis Minahasa yang lahir pada 19 Juli 1903 di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara.

Ia sangat produktif di zamannya. Puluhan buah pena-nya di bidang sejarah, fiksi, musik dan folklore (cerita rakyat) terkait Minahasa dan daerah sekitar, digarapnya untuk jadi warisan generasi sesudahnya. Karya-karyanya yang banyak dibaca antara lain Bunga Rampai Sulawesi, Bintang Minahasa  (Pingkan Mongogunoy), Adat dan hukum adat Minahasa, Merah putih: Novel Sejarah, Pahlawan Nasional Dr. G.S.S.J. Ratu Langie, Lagu-lagu Rakyat, Sedjarah Minahasa, Sedjarah Bolaang Mongondow  dan Dongengan Manado. Buku-bukunya mengalami penerbitan lebih dari dua kali dan diterjemahkan ke dalam tiga bahasa.

Meski Taulu ditinggalkan ayahnya saat masih kecil dan ibu yang sakit-sakitan, dia tak berputus asa melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti di kelas 4 Sekolah Rendah (Standaardschool). Dia menjadi pelanggan yang paling banyak meminjam buku di taman pustaka Sekolah Rendah Kawangkoan, Minahasa dengan membayar dua sen rupiah seminggu. Barangkali, karena menjadi ‘kutu buku’lahirlah minat untuk menjadi penulis.

Karya tulisnya mulai diterbitkan di majalah kristen Minahasa Courant. Lama-kelamaan karyanya bertaburan di media-media lain, seperti Fikiran, Pangkal Setia, Pewarta Manado, Keng Hwa Poo, dan Pikiran Rakyat. Buku pertamanya, roman dengan judul Raja Percintaan diterbitkan pada 1929. Lalu diiikuti oleh Bintang Minahasa (Pingkan Mongogunoy) yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Karangannya itu banyak dikupas oleh Mr. C.A. Mees dalam buku Tata Bahasa Indonesia. Pada tahun 1929 pula dia menikahi Constania Topowene Rumokoy yang memberinya dua tuama (putra) dengan nama Herbert Marx Steyn Taulu dan Leon Indonesius Taulu. Selain sebagai penulis, Taulu bekerja sebagai guru dan pegawai Jawatan Kebudayaan Kementerian P.P.K hingga pensiun.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *