Kanada Ajak Indonesia Ikutserta Solusi Global Pertambangan

SULUTHEBAT.COM, Manado – Terkait Dialog Publik soal rencana Ratifikasi Konvensi Minamata tentang merkuri, anggota Komisi VII DPR RI Bara Hasibuan mengatakan bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas sambutan Pemerintah Provinsi SULUT dan berharap kegiatan itu dapat memunculkan banyak masukan sebagai solusi.
“Ini bersifat dialog yang mencari solusi bagaimana baiknya dalam mengimbangi merkuri termasuk dampak Minamata pada kesehatan manusia terlebih untuk kulit,” kata Hasibuan, Senin, (07/08/2017) di ruang CJ Rantung Kantor Gubernur SULUT.
Di tempat yang sama perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Tuti Mintarsih memaparkan bahaya merkuri dan alasan mengapa harus ada Konvensi Minamata.
“Merkuri adalah berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Konvensi Minamata hadir karena merkuri sudah menjadi masalah semua negara. Ironisnya, Indonesia adalah salah satu pemakai merkuri terbesar,” ujar Tuti.
Richard Gutierrez, JD, Ll.M selaku Manajer Proyek Artisanal Gold Council (AGC) di Indonesia mengatakan bahwa Indonesia dan negara-negara lain harus secara bersama meratifikasi Konvensi Minamata karena merkuri sudah menjadi masalah global. Dengan demikian dibutuhkan solusi global pula.
“Indonesia and other countries must ratify the Minamata Convention. Mercury is now a global problem. So, global solution is needed. Indonesia must race to be first to do the ratification so that it will not get worst,” kata pakar Minamata ini.
Gutierres menambahkan bahwa AGC adalah salah satu organisasi non-profit yang mendukung pertambangan emas skala kecil yang berkelanjutan. Saat ini AGC dengan proyek lima tahunnya tengah menjalankan program di Kalimantan dan Sulawesi Utara.
Dalam kesempatan yang sama pihak pemerintah Kanada mengatakan akan memberi bantuan alat pengelola emas tanpa merkuri kepada penambang skala kecil.
Kegiatan ini dihadiri Direktur Pengelolaan B3 KLHK Yun Inseni, Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka KLHK Sulistyowati, Kepala Dinas ESDM B A Tinungki, Pejabat dari Kabupaten/Kota, Akademisi dan para Mahasiswa beberapa perguruan tinggi. Selain itu juga hadir utusan Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) dan sejumlah tokoh masyarakat. (Yanli/Iswan)