November 29, 2023

Keripik Ubi Bete Bu Nini Laris Manis, Tak Punya Modal Untuk Diekspor ke Jepang

Motoling, suluthebat.com- Nini Kaligis, asal Desa Motoling Dua, Kabupaten Minahasa Selatan, sudah setahun belakangan ini menekuni usaha keripik dengan bahan baku ubi bete.

Setiap hari Bu Nini dibantu dua orang karyawan menggoreng keripik ubi bete sebanyak 20 pak besar.

Keripik ubi bete Bu Nini memiliki dua varian rasa yaitu rasa balado dan original.

Bu Nini mengungkapkan dalam sehari keripik bete yang diuatnya berkisar 15 sampai 20 pak yang isinya 40 bungkus satu pak, dan per pak dibandrol Rp 30.000.

“Saya membuat keripik talas dibantu seorang tenaga kerja dengan hasil 15 sampai 20 pak sehari yang dikerjakan dua orang dan dipasarkan kewarung-warung atau kios-kios dengan harga Rp 30.000 satu pak. Jadi penghasilan kami dalam sehari Rp 450.000 sampai Rp 600.000 sehari,” ujar Bu Nini.

Selama menekuni bisnis keripik ubi bete ini, Bu Nini telah memasarkan camilannya ini mulai dari Minsel hingga Kota Manado.

Selain di Sulut, keripik bete Bu Nini juga mendapat pesanan dari Jepang.

Menurutnya, pesanan dari Jepang berkisar 100 pak atau 4.000 bungkus.

Cuma saja, kata Bu Nini, ada kendala biaya pengiriman.

“Saat anak kami berangkat kerja ke Jepang sempat membawa keripik talas dan setibanya di Jepang, keripik talas tersebut dicicipi oleh orang Jepang dan merasa tertarik lalu memesan,” tuturnya.

Kepada Sulut Hebat.Com, Ibu Nini mengaku sedih karena usaha kecilnya tak mendapat perhatian modal usaha dari Pemprov Sulut dan Pemkab Minsel.

“Saya berharap Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan bahkan Provinsi Sulawesi Utara melalui instansi terkait seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Sosial, dan Dinas Pertanian dapat membantu kami dalam penambahan modal usaha maupun pengadaan alat,” harapnya.

“Pemerintah harusnya lebih peka dalam memberikan bantuan kepada masyarakat, apalagi kepada kami para pelaku usaha agar lebih diperhatikan,” tambah Bu Nini.

Bu Nini mengaku heran karena bantuan modal dari Pemkab Minsel justru diberikan kepada orang yang tidak memiliki usaha.

“Pada kenyataanya orang yang tidak punya usaha justru itu yang lebih cepat dibantu pemerintah,” ucapnya.

Bu Nini berharap Pemkab Minsel memberinya bantuan alat potong modern untuk memproduksi keripik ubi bete ini.

Menurutnya, jika alat potong modern itu ada maka ia akan merekrut banyak orang mejadi kayawannya dan produksi camilannya akan semakin banyak setiap hari.

Jika Pemkab Minsel membantunya modal, kata Bu Nini, bukan hanya dirinya saja yang meraup keuntungan, tetapi juga banyak masyarakat yang dipekerjakan sebagai karyawannya.

Selain itu, para petani ubi bete juga mendapat keuntungan karena mereka bisa menjual ubinya dalam jumlah banyak di tempat usahanya.(Vidi)