Pengucapan Syukur Mitra Ubah Tradisi
SULUTHEBAT.COM, Tombatu – Acara Pengucapan Syukur yang sering disingkat ‘pengucapan’ merupakan peristiwa yang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Tradisi ini aslinya adalah ritual rumages dalam rangka syukur atas hasil pertanian dan perkebunan masyarakat komunal Minahasa.
Waktu pelaksanaan acara pengucapan syukur kemudian ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah di Sulawesi Utara. Seperti halnya kemarin, Minggu (2/07/2017) merupakan giliran masyarakat Kabupaten Minahasa Tenggara yang mengadakan acara pengucapan syukur. Terlihat antusias warga dengan tradisi “pasiar” yang nampak dari keramaian dan kepadatan di sepanjang jalan di daerah Minahasa Tenggara.
Namun kali ini ada yang berbeda dengan pengucapan syukur khususnya kecamatan Tombatu, di mana tahun-tahun sebelumnya acara ini serentak dilaksanakan pada tanggal 17 agustus yang dirangkaikan dengan hari memperingati HUT Republik Indonesia, tapi kali ini masyarakat Tombatu harus mengadakan acara pengucapan syukur sesuai dengan waktu yang sudah diatur oleh pemerintah kabupaten.
Hal ini dijelaskan oleh Reksi Kuhu warga masyarakat Tombatu di mana keadaan dan suasananya terasa berbeda. Biasanya acara pengucapan syukur diramaikan dengan acara-acara dan lomba-lomba memperingati hari kemerdekaan, namun sekarang tidak seperti biasanya, keramaian yang ada tidak seperti pengucapan syukur yang sebelumnya.
“Torang biasa kalo pengucapan rame dengan lomba-lomba, misalnya lomba pawai antar sekolah, lomba drum band antar sekolah,” kata anggota Komunitas Pecinta Alam Sekitar ( KOMPAS ) tersebut.
Kuhu mengatakan ini sebenarnya instruksi oleh pemerintah kabupaten kepada seluruh perangkat desa dan PNS untuk mengadakan pengucapan syukur tanggal 2 juli 2017, namun tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat sipil turut merayakan pengucapan syukur sesuai tanggal yang di tentukan oleh pemerintah.
“Ini instruksi for perangkat-perangkat desa deng PNS, mar kata kalo masyarakat suka mo babeking le boleh no, nanti tanggal 17 le pasti ada yang mo babeking karna memang so tradisi bagitu kalo di sini,” ujar mahasiswa tingkat akhir Universitas Negeri Manado ini. (villio/swadi)