Richard H Thaler Menangkan Hadiah Nobel Ekonomi

SULUTHEBAT, COM, Manado – Hadiah Nobel tahun 2017 di bidang ekonomi diberikan kepada Richard H Thaler. Hadiah Nobel diberikan kepada ekonom Amerika dari University of Chicago itu lantaran kontribusinya terhadap ekonomi perilaku.
Kata panitia penyelenggarakan kegiatan, Thaler memenangkan penghargaan senilai 9 juta krona Swedia ($ 1,1 juta). Hadiah itu akan digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang psikologi ekonomi.
Ekonom AS Richard Thaler, dari University of Chicago Booth School of Business itu, nampak tersenyum saat konferensi pers setelah memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi 2017 di Chicago, Illinois, AS, Senin (9/10 2017).
Thaler digambarkan sebagai pelopor dalam studi tentang bagaimana dan mengapa orang tidak selalu membuat keputusan ekonomi yang rasional. Karyanya mengeksplorasi “konsekuensi dari keterbatasan rasionalitas, preferensi sosial, dan kurangnya pengendalian diri,” yang mengungkapkan bagaimana kelemahan manusia “secara sistematis mempengaruhi keputusan individu dan juga hasil pasar.”
Thaler lahir pada tahun 1945 di New Jersey. Setelah menerima penghargaan tersebut, dia mengatakan bahwa salah satu aspek terpenting dari pekerjaannya adalah menekankan bahwa agen ekonomi adalah manusia, dan model ekonomi harus memperhitungkannya.
University of Chicago menggambarkan penelitiannya sebagai upaya memeriksa implikasi dari apa yang terjadi ketika asumsi ekonomi standar dimana setiap orang rasional dan egois. Pada tahun 2008, dia yang turut menulis buku berpengaruh Nudge: Memperbaiki Keputusan tentang Kesehatan, Kekayaan dan Kebahagiaan bersama Cass Sunstein, menjelaskan bagaimana ekonomi perilaku dapat menginformasikan keputusan kebijakan publik yang lebih baik.
Hadiah Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi diberikan untuk mengenang Alfred Nobel. Tahun ini adalah ke-49 kalinya hadiah tersebut diberikan. Hadiah tersebut hanya diberikan sekali kepada seorang wanita, Elinor Ostrom, yang meninggal pada tahun 2012. Tahun lalu, hadiah tersebut diberikan kepada Oliver Hart dari Harvard University dan Bengt Holmström dari Massachusetts Institute of Technology. (reuters/Isw)