Juni 3, 2023
Crew film dokumenter berpose bersama dengan dua orang kalelonis Tondei. Foto: Ezra Lasut

SULUTHEBAT.COM, Tondei – Sejak dideklarasikan di tahun 2012 Sanggar Tumondei  Minahasa Selatan (STMS) mulai bergerak di bidang kebudayaan dan kreatifitas Tou Minahasa. Organisasi yang berkedudukan di Desa Tondei Kecamatan Motoling Barat ini membuat film pendek yang diberi judul “Tumondei Kalelon”.

Kegiatan ini dilaksanakan di desa Tondei pada 11 sampai 12 April 2017  membuat masyarakat dan musisi kalelin yang diwanwancarai merasa antusias dalam memberikan komentar-komentar mereka tentang Musik Kalelon. “Proses pembuatan film dokumenter ini memerlukan waktu hampir satu bulan dalam proses editting penyelesaiannya.” ungkap Heven Karisoh yang adalah editor dalam proses pembuatan.

Ketika ditanya mengapa penting membuat film dokumenter  tentang musik kalelon,  Charli Wongkar yang adalah Si ma’patic (sekretaris) STMS mengatakan  “Pertama for promosi supaya orang laeng tau ada tu musik kalelon ini lewat film. Pada dasarnya kan film sebagai media yang bisa dikonsumsi massa, jadi adalah suatu kebenaran jika ada film seperti ini, apalagi ini musik kalelon somo ilang deng nda bisa dipungkiri skarang tu banyak tahu kalelon kurang tu tua-tua.” .

“Musik kalelon adalah musik yang unik dan sayang kalu torang mo selupa apalagi ilang. Jadi penting untuk Sanggar Tumondei Minahasa Selatan untuk membuat dokumentasi terhadap musik etnik. Disisi lain juga torang stms mo selatih pa tamang-tamang bagimana tu proses pembuatan film deng teknik-teknik dalam wawancara juga pengambilan gambar.” demikian penuturan Yanli Sengkey yang menjabat sebagai Tonaas Wangko STMS .

Watu Lutau di Tondei Dua; potret sehabis wawancara dengan pimpinan STMS. Foto: Wara Sual

Uniknya, salah satu tempat yang menjadi latar wawancara film dokumenter ini adalah watu lutau yang dikenal sebagai warisan leluhur Tou Malesung. Film ini di-launching dan screening di Desa Tondei pada tanggal 9 April 2017 yang juga bertepatan dengan Peldikdas Sanggar Tumondei. Yang terlibat dalam pembuatan film dokumenter ini adalah Heven Karisoh,  Wara Sual, Ezra, dan Stevan Pontoh, serta anggota STMS.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *