Maret 25, 2023
Seseorang sedang membeli Alkitab Bahasa Manado di kantor LAI.

SULUTHEBAT.COM, Manado – Kepala kantor Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) perwakilan Manado Ansye Titaheluw beri komentar terkait kontroversi frase “setang pe bos” dalam Alkitab Bahasa Manado (ABM) terbitan LAI.

“Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Manado 15 tahun dikerjakan. Tentang ‘setang pe bos’, PPA GMIM, ketika dia menterjemahkan ini, bersama dengan konsultan LAI tidak hanya kerja sendiri tetapi juga melibatkan umat. Umat membaca dan menanggapi. Kemudian diolah oleh tim penerjemah. Dan hasil olahan itu, tidak hanya ‘setang pe bos’ itu, tetapi termasuk semua,” ucap Ansye Titaheluw Selasa, (15/08/2017).

Selanjutnya dia menyampaikan bahwa hasil terjemahan ABM sudah diujikan ke masyarakat yang ada di Manado. Bukan dikarang begitu saja.

“Umat yang berbeda dilibatkan lagi untuk melihat tanggapannya seperti apa. Jadi kalo sampe dia masuk disini, dicetak, diterjemahan itu kan sudah melewati proses, sudah uji publik. Berarti kan sudah diterima. Ini bukan karang-karangannya si penerjemah melainkan ini sudah diuji kemudian mereka bisa menerima.”

“Jadi secara terjemahan, isi, itu bisa dipertanggungjawabkan karena isinya tidak main-main kalau kita mo terbitkan,” jelasnya di ruang kerjanya di Jl. Diponegoro, Mahakeret Timur, Wenang, Kota Manado.

Dikatakan juga bahwa tim mereka sedang mempersiapkan penerbitan Alkitab Bahasa Tombulu.

” Semoga tahun depan bahasa Tombulu akan jadi. Berikutnya mungkin Bahasa Tontemboan,” tandasnya dengan ramah.

Ansye juga menuturkan bahwa tim penerjemah sementara membuat tulisan untuk menanggapi pendapat-pendapat yang muncul belakangan ini. Diharapkan itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. (Yanli/Iswan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *