SPRI Sulut Desak Polisi Usut Persekusi Oknum Bulog ke Wartawan

MANADO, suluthebat.com – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Provinsi Sulawesi Utara mendesak Kepolisian segera menindaklanjuti laporan wartawan CNN Royke Rarumangkay atas tindakan persekusi oknum yang diduga karyawan Bulog saat meliput.
Ketua DPD SPRI Sulut Veldy Umbas menegaskan perintangan dalam bentuk apapun terhadap jurnalis yang sedang melaksanakan tugasnya, merupakan pelecehan atas UU Pers, sehingga sudah selayaknya Polisi mengambil tindakan.
“UU sudah jelas melindungi tugas-tugas wartawan. Tidak ada alasan bagi aparat penegak hukum mengabaikan pelanggaran seperti itu,” ujar Veldy Umbas.
Sebagai organisasi pers, kata dia, SPRI akan memantau terus perkembangan masalah ini agar tidak ada lagi wartawan yang mendapat tindakan kekerasan saat sedang melaksanakan tugas dan fungsinya.
Selasa (11/4/2023) kemarin, wartawan televisi CNN Royke Rarumangkay sudah melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke Polresta Manado. Laporan tersebut teregistrasi di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polresta Manado dengan nomor 600/IV/2023/SPKT/Resta Mdo.
Dalam keterangannya, Royke menguraikan kronologis kejadian itu. Kronologis pelarangan pengambilan gambar di bulog divre sulut.
Sore itu dia sebenarnya bermaksud menuju Mesjid Raya Ahmad Yani untuk menunggu waktu berbuka puasa. Saat melintas di depan Gerai Pangan Bulog Divre Sulut dia melihat banyak kerumunan warga terutama ibu-ibu.
Sejenak Roy berhenti dan mengamati apa yang sedang terjadi. Dia mendengar dari arah dalam ada keributan yang bersumber dari antrean warga yang hendak membeli beras murah, tapi karena stok yang dijual hanya sedikit akhirnya ibu-ibu itu berebutan dilayani
Naluri jurnalis mendorong Roy segera ambil gambar dari trotoar dan tidak masuk di dalam. “Tiba-tiba salah satu petugas Bulog datang memarahi saya, melarang mengambil gambar dan mewajibkan saya minta izin dulu, karena Bulog sudah ada wartawan khusus,” urainya.

Larangan petugas yang belakangan diketahui bernama Ramly itu tak digubris dan Roy tetap meneruskan mengambil gambar, sambil menegaskan ke oknum itu dengan mengaku jika dirinya wartawan, tapi tetap petugas tersebut melarangnya, sehingga ada beberapa ibu menertawainya.
Tak berapa lama datang seorang staff Bulog lainnya memarahi para ibu itu, menyuruh keluar sambil menutup pintu. Roy pun merekam momen tersebut dan kemudian menjauh.
Namun, seorang teman jurnalis di Pemkot Manado bernama Ridwan kemudian menelpon Noldy, Humas Bulog, yang datang meminta maaf kepadanya.
“Pak Noldy itu bilang tidak ada pelarangan, tapi sementara kami berbicara tiba-tiba datang bapak yang pakai kemeja kotak- kotak, datang langsung memarahi saya. Suasana yang sudah aman akhirnya kacau lagi karena dia datang marah-marah ke saya, dia tanya siapa saya, saya jawab wartawan trus dia minta kartu pers, saya berikan, tapi suasana sudah terlanjur kacau,” bebernya lagi.
Akhirnya oleh Humas Bulog Roy dibawa ke kantor untuk bernegosiasi. Salah satu pimpinan Bulog meminta supaya kasus ini jangan diberitakan dan membimbing Roy untuk saling memaafkan karena suasana puasa.
Roy pun karena masih puasa mengikuti ajakannya untuk saling memaafkan, tapi sebagai jurnalis tidak. “Saya dan teman teman pers yang hadir, Ridwan Nurhamidin, Febry Kodongan, Yongke Londa dan Royke Pessakh akhirnya keluar ruangan tanpa ada konfirmasi apapun atas kejadian itu. Sebelumnya mereka diwanti-wanti supaya jangan memberitakan kejadian tadi.(*)
