Juni 3, 2023
Latihan Kawasaran di desa Tombasian, Kawangkoan. Foto: Della Palapa

Laporan: Iswan Sual

SULUTHEBAT.COM, Kawangkoan – Gerakan untuk kembali menguatkan pijakan di tanah Malesung (Minahasa) terus dipacu. Desa Kayuuwi, Tombasian, Tawa’ang dan Radey tengah melakukan hal yang sama. Setiap akhir pekan beberapa orang muda bertemu di tiga kampung itu secara bergilir.

Sejak bulan Mei tahun ini, tak sedikit orang muda di ro’ong (desa) itu telah berkomitmen untuk ikutserta dalam arak-arakan pelestarian budaya Minahasa. Banyak yang coba digali, dikembangkan dan dikekalkan, salah satunya tarian Kawasaran.

Arvi Assa, warga Kayuuwi, mengatakan bahwa semangat Kawasaran mesti diterapkan dalam bidang apapun di zaman sekarang.

Kawasaran mengajarkan torang untuk berusaha dan ndak bergantung pa orang laeng. Semangat itu perlu diterapkan di tampa kerja dan tempat lain,”kata pria yang banyak mengampanyekan penggunaan Bahasa Tontemboan dalam kehidupan hari-hari ini.

Di waktu dan tempat yang sama, Eka Kaleb selaku salah satu pembelajar, mengatakan bahwa dia turut dalam latihan karena dorongan orang tua untuk mengembangkan budaya sendiri. Bukan budaya orang lain yang sekarang relatif tidak sesuai dengan ajaran para leluhur.

“Iko latian Kawasaran lantaran dorongan orang tua spaya mengembangkan torang pe budaya sandiri. Bukang tu budaya orang laeng, yang skarang nda sesuai dengang ajaran para leluhur,”kata pemuda Tombasian yang pula senang mendaki gunung ini.

Rupanya pelatihan kawasaran ini tercakup sebagai program kerja Pinaesaan Tontemboan (PITON), salah satu Organisasi Kemasyarakatan yang bergerak dalam pelestarian budaya Minahasa.

Ketika awak media SULUTHEBAT.COM menghubungi pengurusnya, Meky Walukow selaku Mapatic (sekretaris) dari organisasi yang baru berumur dua tahun ini, mengatakan bahwa Pinaesaan Tontemboan adalah wadah yang bergerak untuk menggali dan mengembangkan serta melestarikan kebudayaan Minahasa.

Terkait latihan Kawasaran, yang menjadi kegiatan rutin mingguan, dia mengatakan bahwa Kawasaran harus terus dihidupkan agar masyarakat Minahasa disegarkan selalu bahwa Kawasaran mengandung nilai-nilai luhur seperti nilai rela berkorban untuk melindungi negeri, berjuang dengan gigih dan bukan untuk ajang jago-jagoan.

“Tu kawasaran itu bukan untuk perang. Bukang untuk jago-jagoan. Tapi bagaimana untuk pelestarian dan mengingat serta menghargai perjuangan leluhur,”kata pria Rumoong, yang kesehariannya juga sebagai seorang perawat di Boltim ini. (IS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *