Wara’nei Waha Gelar Ritual Adat Tolak Bala Di Laut
SULUTHEBAT.COM, Manado – Organisasi adat Wara’nei Waha menggelar ritual adat tolak bala di laut. Kegiatan ini dilaksakan di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Kota Manado, Kamis (15/06/2017).
Fery Lumantouw, selaku penyelenggara kegiatan, menjelaskan ritual ini merupakan ritual leluhur Minahasa dalam upaya menjaga kedaulatan tanah Minahasa dari ancaman pihak-pihak yang ingin memecah belah orang Minahasa.
“Ritual ini diadakan 100 tahun sekali oleh orang-orang tua dulu Minahasa, intinya untuk menolak gangguan dari segala musibah atau perang yang bisa mengancam daerah Sulawesi Utara,” tegas Lumantouw.
Rangkaian ritual diawali dengan tarian kawasaran, berlanjut dengan pemotongan ayam jantan, biasa disebut raragesan atau bentuk penghormatan kepada Yang Maha Kuasa. Kemudian lewat perantara tonaas, ada opo (orang tua Minahasa) hadir dan berbicara menyampaikan pesan serta nasehat para leluhur pada keturunan mereka di tanah Minahasa. Setelah itu tonaas mengambil londe (kapal kecil) yang telah diisi sesajen dan dilepas di laut.
“Ritual adat ini namanya Posan Rumoyong terdiri dari dua kata posan dan rumoyong, posan berarti larangan dan rumoyong berarti pusaran air atau menghanyutkan sesuatu,” kata Tonaas Wara’ne’i Waha Petrus Kapale saat ditemui wartawan suluthebat.com
“Intinya untuk menjaga warisan leluhur, menghormati jasa-jasa orang tua Minahasa yang telah gugur di laut dan untuk menjaga tanah perairan di tanah Malesung” sambung Tonaas Kapale.
Upacara adat diakhiri di pelabuhan Manado, dengan melepas kapal kecil (londe) di pantai dekat pelabuhan calaca.(SP)